Struktur Sosial Sekolah
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Komunikasi
merupakan bagian yang sangat penting sekali dalam proses managemen. Karena di
dalam proses managemen melibatkan berbagai unsur sumber daya manusia yang
terdiri dari unsur pimpinan dan unsur bawahan.[1]
Dalam managemen itulah terdapat struktur yang nantinya akan menentukan
kedudukan dan peran dari masing-masing unsur yang ada di dalamnya.
Struktur
sosial merupakan suatu bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
terhubung. Apabila seorang insinyur berbicara tentang ‘struktur’ maka yang di
maksud adalah materialnya, yaitu bagian-bagian yang saling terhubung sehingga
membentuk sebuah bangunan. Apabila struktur sosial dikaitkan dengan sekolah
maka yang di maksud adalah unsur-unsur yang ada di dalam sekolah yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur yang ada
di dalam sekolah antara lain kepala sekolah, guru, pegawai dan murid. Sekolah
akan maju dan berkembang apabila terjadi hubungan yang harmonis antar sesama
unsur. Adanya hubungan yang harmonis itulah yang nantinya akan membuat
masing-masing unsur dalam struktur sosial sekolah dapat menjalankan tugas dan
peranannya dengan baik.
Namun,
pada kenyataannya tidak jarang terjadi semacam konflik di dalam struktur sosial
kepengurusan sekolah. Misalkan konflik yang biasa terjadi antara guru dengan
kepala sekolah yang dipicu karena kepala sekolah merasa takut dengan guru yang
lebih senior darinya. Sehingga dengan adanya konflik tersebut mengakibatkan
kinerja struktur sekolah menjadi terganggu, baik guru maupun kepala sekolah
tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal karena adanya
masalah tersebut.
- Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian dari struktur
sosial sekolah ?
2. Bagaimana kedudukan dan peranan dalam struktur
sosial sekolah ?
3. Bagaimana
hubungan dalam struktur sosial sekolah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Struktur Sosial Sekolah
Beberapa pakar memberikan definisi
mengenai struktur sosial, yaitu :
Menurut
E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) dalam Nanang Fattah, struktur diartikan
sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan
system formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan
kelompok agar tercapai tujuan. Simon (1958) menambahkan, strukur itu sifatnya relatif
stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk
penyesuaian-penyesuaian.[2]
Adapun struktur
sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, yang di dalamnya
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan yang mengacu pada
suatu keteraturan perilaku di dalam masyarakat. Struktur sosial mencakup berbagai
hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu
yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Perangkat struktur sosial yang paling
utama adalah status sosial. Material bagi sekolah/ struktur
sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki
maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
Kemudian dalam
struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok
yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang
memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Struktur
itulah yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif
dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan
seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu sehingga hal ini dapat mencegah
terjadinya berbagai konflik dan dapat menjamin kelancaran segala usaha
pendidikan.[3]
Berdasarkan pengertian diatas, apabila struktur sosial dikaitkan
dengan sekolah maka akan membentuk suatu pengertian bahwa struktur sosial
sekolah yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah yang di dalamnya
terdapat hubungan timbal balik antara sesama warga sekolah mengenai status dan
perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala
sekolah, guru, pegawai, pesuruh, dan murid.
- Kedudukan
dan Peranan dalam Struktur Sosial Sekolah
Dalam
mempelajari struktur sosial sekolah akan kita selidiki berbagai jenis anggota
menurut kedudukannya masing-masing dalam sistem persekolahan. Dalam setiap
kedudukan, individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu.
Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya harus
sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya. Menurut
kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu. Peranan
menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Kedudukan atau status akan
menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang
lain. Status atau kedudukan juga menentukan kelakuan orang tertentu. Semakin
tinggi status seseorang maka ia akan menempati struktur sosial paling atas,
begitu pun sebaliknya. Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang dalam suatu struktur sosial. Begitu pun dengan
struktur sosial dalam sekolah, setiap orang yang memiliki kedudukan atau status
di dalam sekolah tersebut akan memiliki peranan yang harus dijalankan sebagai
konsekuensi dari status sosial yang melekat padanya. Peranan struktur sosial
dalam sekolah meliputi tugas, peran, dan tanggung jawab dari para warga sekolah
yang antara lain terdiri dari kepala sekolah, guru, dan murid sebagai berikut :
a. Kepala sekolah
Kepala
sekolah dalam satuan pendidikan, menduduki dua jabatan penting untuk bisa
menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh
peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola
pendidikan disekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin
formal pendidikan di sekolahnya.
Sebagai
pengelola pendidikan berarti kepala sekolah bertanggung jawab terhadap
keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan
administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu kepala sekolah
bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka
mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai pengelola,
kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para personal
(terutama para guru) kearah profesionalisme yang diharapkan.[4]
Kepala
sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan
menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya
direalisasikan.
Menurut Yusak
Burhanudin, 2005 yang dikutip oleh Sobry Sutikno, dalam menjalankan fungsinya
sebagai manager, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan
melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu ia harus kreatif dan mampu
memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Ide
kreatifnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi
sekolah, memberikan pengarahan, dan mengatur pembagian kerja, mengelola
kepegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar keseluruhan proses administrasi
berjalan dengan lancar.[5]
Maka
hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga
ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua
siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
b. Guru
Peranan guru disini adalah
berkewajiban untuk mendidik siswanya dan berhak untuk mengharuskannya belajar
dan belajar, dan bila perlu memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma.
Kedudukan guru
lebih rendah daripada kepala sekolah dan guru juga mempunyai kedudukan
sebagai mana seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormatinya dan
bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah,
baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan,
kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut dapat
diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang bisa berupa pencabutan
sumber pendapatannya.
Kedudukan guru tidak sama antara
guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap
lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti:
matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang
memegang bidang studi agama, PKK, atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk
mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru
juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat usia dan pengalamannya dalam
pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan
tetapi kedudukan guru-guru dan kepala sekolah lebih rendah daripada petugas
inspeksi yang mana telah mendapat mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan
sekolah.[6]
c. Murid
Sekolah bagi
murid-murid dapat dijadikan sebagai sistem persahabatan antar sesama teman dan
adanya suatu interaksi hubungan sosial di lingkungan tersebut. Struktur sosial
murid lebih bersifat tidak formal sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan
lain sebagainya itu lebih bersifat formal karena adanya pengaruh kedudukan yang
berkaitan dengan jabatan yang telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu bagian
sistem sosial dalam sekolah tersebut. Sedangkan anak dalam kedudukannya sebagai murid harus
mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran.
Kedudukan murid
hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat
tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada
juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS
yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah
kita dapat menemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar-murid
antara lain:
1. Kedudukan
dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2. Kelompok
persahabatan di sekolah.
3. Kelompok
elite.
4. Kelompok
siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan Pramuka.[7]
- Hubungan dalam Struktur Sosial
Sekolah
Suatu struktur sosial, di dalamnya terdapat individu yang memiliki
kedudukan tertentu yang harus menjalin hubungan dengan individu lain yang
berkedudukan sama maupun berbeda. Tujuan mengadakan hubungan ialah agar
komunikasi bisa terjalin dengan baik dan masing-masing pihak dapat menjalankan
peranannya dengan maksimal sesuai dengan kedudukannya. Tanpa adanya hubungan,
mustahil struktur sosial dapat berjalan dengan harmonis. Dalam lingkup struktur
sosial sekolah, hubungan yang terjadi meliputi hubungan antara guru dengan
murid, guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
a) Hubungan
guru dengan murid
Hubungan
antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri khas dari
hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid.
Dalam hubungan guru dengan murid biasanya hanya murid yang diharapkan mengalami
perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Kemudian siswa diharapkan mengalami perubahan
kelakuan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak
menguasai bahan pelajaran tertentu.
b)
Hubungan guru dengan guru
Hubungan antara guru dengan guru biasanya bersifat pengelompokan sesuai
dengan kelompok atau kesamaan tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengelompokan tersebut antara lain; (1) Jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunyai
kelompok sendiri untuk tujuan-tujuan yang khas wanita. (2) Minat profesional,
misalnya pakar pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. (3) Kesamaan
minat, misalnya main kartu, olahraga, musik, dan lain-lain.
c)
Hubungan murid dengan murid
Sekolah bagi
murid-murid dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan
soaial. Misalnya berdasarkan dari minat yang sama dalam bidang olahraga akan
membentuk suatu komunitas. Begitu juga dengan hubungan sosial antar murid yang
terbentuk dari keorganisasian yang diikuti seperti Pramuka ataupun OSIS.
Namun, di dalam
struktur sosial sekolah terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis antar
anggota struktur tersebut. Hal itu dapat disebabkan oleh bermacam-macam factor.
Salah satu contohya adalah seorang kepala sekolah yang kurang berani dalam
membuat keputusan yang disebabkan karena usianya yang lebih muda dari pada guru
lain yang sudah senior. Kasus tersebut menunjukkan bahwa usia dapat menjadi
salah satu faktor penyebab kurang harmonisnya hubungan dalam struktur sosial
sekolah. Maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, perlu adanya pihak ketiga
yang ikut menengahi masalah. Salah satu solusinya kepala sekolah mengadakan
pertemuan dewan guru untuk mengadakan rapat koordinasi tiap sebulan sekali.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Struktur sosial
sekolah yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah yang di dalamnya
terdapat hubungan timbal balik antara sesama warga sekolah mengenai status dan
perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala
sekolah, guru, pegawai, pesuruh, dan murid.
2.
Kepala
sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan
sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua siswa. Tercapai
tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang
diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
Peranan guru disini adalah berkewajiban untuk mendidik
siswanya dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan belajar, dan bila perlu
memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam
lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan
hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan
murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah
mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
3.
Hubungan yang
terjadi didalam struktur sosial sekolah meliputi hubungan antara guru dengan murid,
guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
- Saran
a.
Saran
Akademis
Demikian
makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun penulis
menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Maka kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan.
b.
Saran
Praktis
Pembahasan mengenai struktur sosial sekolah diharapkan
anggota dari bentuk struktur sosial mampu menjalankan kedudukan dan peranannya
masing-masing. Sehingga interaksi dalam struktur sosial tersebut dapat terjalin
dengan baik, yang mencakup hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru,
maupun murid dengan murid.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi
Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Budiyono. 2009. Sosiologi. Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Fattah, Nanang. 2001.
Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung
Gunawan, Ary H.. 2000. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta
Poloma, Margaret M.. 1994. Sosiologi Kontemporer. RajaGrafindo
Persada:Jakarta
Sutikno, Sobry. 2012. Manajemen
Pendidikan. Holistica:Lombok
[1] Sobry Sutikno. 2012.
Manajemen Pendidikan. Holistica:Lombok. Hlm. 141
[2] Nanang Fattah. 2001.
Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung. Hlm. 73.
[4] Moch. Idochi Anwar.
2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Alfabeta:
Bandung. Hlm. 86.
[5] Sobry Sutikno. Op.
Cit., Hlm. 124
No comments:
Write comments