Wednesday, March 9, 2016

Struktur Sosial Sekolah

Struktur Sosial Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting sekali dalam proses managemen. Karena di dalam proses managemen melibatkan berbagai unsur sumber daya manusia yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur bawahan.[1] Dalam managemen itulah terdapat struktur yang nantinya akan menentukan kedudukan dan peran dari masing-masing unsur yang ada di dalamnya.
Struktur sosial merupakan suatu bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Apabila seorang insinyur berbicara tentang ‘struktur’ maka yang di maksud adalah materialnya, yaitu bagian-bagian yang saling terhubung sehingga membentuk sebuah bangunan. Apabila struktur sosial dikaitkan dengan sekolah maka yang di maksud adalah unsur-unsur yang ada di dalam sekolah yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur yang ada di dalam sekolah antara lain kepala sekolah, guru, pegawai dan murid. Sekolah akan maju dan berkembang apabila terjadi hubungan yang harmonis antar sesama unsur. Adanya hubungan yang harmonis itulah yang nantinya akan membuat masing-masing unsur dalam struktur sosial sekolah dapat menjalankan tugas dan peranannya dengan baik.
Namun, pada kenyataannya tidak jarang terjadi semacam konflik di dalam struktur sosial kepengurusan sekolah. Misalkan konflik yang biasa terjadi antara guru dengan kepala sekolah yang dipicu karena kepala sekolah merasa takut dengan guru yang lebih senior darinya. Sehingga dengan adanya konflik tersebut mengakibatkan kinerja struktur sekolah menjadi terganggu, baik guru maupun kepala sekolah tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal karena adanya masalah tersebut.
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dari struktur sosial sekolah ?
2.      Bagaimana kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah ?
3.      Bagaimana hubungan dalam struktur sosial sekolah ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Struktur Sosial Sekolah
Beberapa pakar memberikan definisi mengenai  struktur sosial, yaitu :
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) dalam Nanang Fattah, struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan system formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan. Simon (1958) menambahkan, strukur itu sifatnya relatif stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk penyesuaian-penyesuaian.[2]
Adapun struktur sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan yang mengacu pada suatu keteraturan perilaku di dalam masyarakat. Struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial.  Perangkat struktur sosial yang paling utama adalah status sosial.  Material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Kemudian dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Struktur itulah yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat menjamin kelancaran segala usaha pendidikan.[3]
Berdasarkan pengertian diatas, apabila struktur sosial dikaitkan dengan sekolah maka akan membentuk suatu pengertian bahwa struktur sosial sekolah yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara sesama warga sekolah mengenai status dan perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, dan murid.
  1. Kedudukan dan Peranan dalam Struktur Sosial Sekolah
Dalam mempelajari struktur sosial sekolah akan kita selidiki berbagai jenis anggota menurut kedudukannya masing-masing dalam sistem persekolahan. Dalam setiap kedudukan, individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya. Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu. Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Kedudukan atau status akan menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan juga menentukan kelakuan orang tertentu. Semakin tinggi status seseorang maka ia akan menempati struktur sosial paling atas, begitu pun sebaliknya. Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang dalam suatu struktur sosial. Begitu pun dengan struktur sosial dalam sekolah, setiap orang yang memiliki kedudukan atau status di dalam sekolah tersebut akan memiliki peranan yang harus dijalankan sebagai konsekuensi dari status sosial yang melekat padanya. Peranan struktur sosial dalam sekolah meliputi tugas, peran, dan tanggung jawab dari para warga sekolah yang antara lain terdiri dari kepala sekolah, guru, dan murid sebagai berikut :
a.       Kepala sekolah
Kepala sekolah dalam satuan pendidikan, menduduki dua jabatan penting untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan disekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Sebagai pengelola pendidikan berarti kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) kearah profesionalisme yang diharapkan.[4]
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.
Menurut Yusak Burhanudin, 2005 yang dikutip oleh Sobry Sutikno, dalam menjalankan fungsinya sebagai manager, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu ia harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Ide kreatifnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah, memberikan pengarahan, dan mengatur pembagian kerja, mengelola kepegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar keseluruhan proses administrasi berjalan dengan lancar.[5]
Maka hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
b.      Guru
Peranan guru disini adalah berkewajiban untuk mendidik siswanya dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan belajar, dan bila perlu memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma. Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan guru juga  mempunyai kedudukan sebagai mana seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK, atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat usia dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan guru-guru dan kepala sekolah lebih rendah daripada petugas inspeksi yang mana telah mendapat mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan sekolah.[6]
c.       Murid
Sekolah bagi murid-murid dapat dijadikan sebagai sistem persahabatan antar sesama teman dan adanya suatu interaksi hubungan sosial di lingkungan tersebut. Struktur sosial murid lebih bersifat tidak formal sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan lain sebagainya itu lebih bersifat formal karena adanya pengaruh kedudukan yang berkaitan dengan jabatan yang telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu bagian sistem sosial dalam sekolah tersebut. Sedangkan anak dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah kita dapat menemukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar-murid antara lain:
1.    Kedudukan dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2.    Kelompok persahabatan di sekolah.
3.    Kelompok elite.
4.    Kelompok siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan Pramuka.[7]

  1. Hubungan dalam Struktur Sosial Sekolah
Suatu struktur sosial, di dalamnya terdapat individu yang memiliki kedudukan tertentu yang harus menjalin hubungan dengan individu lain yang berkedudukan sama maupun berbeda. Tujuan mengadakan hubungan ialah agar komunikasi bisa terjalin dengan baik dan masing-masing pihak dapat menjalankan peranannya dengan maksimal sesuai dengan kedudukannya. Tanpa adanya hubungan, mustahil struktur sosial dapat berjalan dengan harmonis. Dalam lingkup struktur sosial sekolah, hubungan yang terjadi meliputi hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
a)      Hubungan guru dengan murid
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid. Dalam hubungan guru dengan murid biasanya hanya murid yang diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Kemudian siswa diharapkan mengalami perubahan kelakuan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
b)      Hubungan guru dengan guru
Hubungan antara guru dengan guru biasanya bersifat pengelompokan sesuai dengan kelompok atau kesamaan tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengelompokan tersebut antara lain; (1) Jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunyai kelompok sendiri untuk tujuan-tujuan yang khas wanita. (2) Minat profesional, misalnya pakar pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. (3) Kesamaan minat, misalnya main kartu, olahraga, musik, dan lain-lain.
c)      Hubungan murid dengan murid
Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan soaial. Misalnya berdasarkan dari minat yang sama dalam bidang olahraga akan membentuk suatu komunitas. Begitu juga dengan hubungan sosial antar murid yang terbentuk dari keorganisasian yang diikuti seperti Pramuka ataupun OSIS.
Namun, di dalam struktur sosial sekolah terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis antar anggota struktur tersebut. Hal itu dapat disebabkan oleh bermacam-macam factor. Salah satu contohya adalah seorang kepala sekolah yang kurang berani dalam membuat keputusan yang disebabkan karena usianya yang lebih muda dari pada guru lain yang sudah senior. Kasus tersebut menunjukkan bahwa usia dapat menjadi salah satu faktor penyebab kurang harmonisnya hubungan dalam struktur sosial sekolah. Maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, perlu adanya pihak ketiga yang ikut menengahi masalah. Salah satu solusinya kepala sekolah mengadakan pertemuan dewan guru untuk mengadakan rapat koordinasi tiap sebulan sekali. 















BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.      Struktur sosial sekolah yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara sesama warga sekolah mengenai status dan perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, dan murid.
2.      Kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
Peranan guru disini adalah berkewajiban untuk mendidik siswanya dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan belajar, dan bila perlu memberikannya hukuman ketika siswa melanggar norma.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
3.      Hubungan yang terjadi didalam struktur sosial sekolah meliputi hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
  1. Saran
a.       Saran Akademis
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.

b.      Saran Praktis
Pembahasan mengenai struktur sosial sekolah diharapkan anggota dari bentuk struktur sosial mampu menjalankan kedudukan dan peranannya masing-masing. Sehingga interaksi dalam struktur sosial tersebut dapat terjalin dengan baik, yang mencakup hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru, maupun murid dengan murid.
















DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Budiyono. 2009. Sosiologi. Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung
Gunawan, Ary H.. 2000.  Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta
Poloma, Margaret M.. 1994. Sosiologi Kontemporer. RajaGrafindo Persada:Jakarta
Sutikno, Sobry. 2012. Manajemen Pendidikan. Holistica:Lombok




[1] Sobry Sutikno. 2012. Manajemen Pendidikan. Holistica:Lombok. Hlm. 141
[2] Nanang Fattah. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung. Hlm. 73.
[3] Budiyono. 2009. Sosiologi (Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional). hlm.3
[4] Moch. Idochi Anwar. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Alfabeta: Bandung. Hlm. 86.
[5] Sobry Sutikno. Op. Cit., Hlm. 124
[6] Ary H. Gunawan. 2000.  Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta. Hlm. 38
[7] Margaret M. Poloma. 1994. Sosiologi Kontemporer. RajaGrafindo Persada:Jakarta. Hlm. 23

No comments:
Write comments