PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
RESUME
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi
Pendidikan
Dosen Pengampu : Siti
Malaiha Dewi, M.SI.
Disusun Oleh : kelompok 1
1.
Wafirotul Karimah 1310110313
2.
Rifqi
Nafidatul Unsa 1310110330
3.
Siti
Aminah 1310110340
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
TAHUN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya setiap sekolah mendidik anaknya agar menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Namun pendidikan disekolah sering kurang relevan dengan
kehidupan masyarakat.
Memerhatikan
perkembangan pendidikan formal dewasa ini, kadang-kadang sangat memprihatinkan,
manakala gelar telah di sandang , tetapi keilmuannya kosong melompong. Manusia
dan masyarakat terjebak dalam formalitas dan kebohongan intelektual karena
kurang menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan. Yang diutamakan
adalah gelar karena menyandang gelar diartikan sebagai bagian dari naiknya
status sosial.
Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak
boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-normaatau aturan di
dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakatdapat menjadi
pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk
pertumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusiayang mampu berpikir
dewasa dan bijak.
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya
suatu negara.
Pendidikan dan masyarakat itu harus
saling terkait apabila tidak ada pendidikan maka masyarakat tidak bisa berjalan
dan sebaliknya.
Ada
beberapa kasus yang pertama: ada pendapat bahwa pendidikan di sekolah dalam
proses belajar mengajar disebut-sebut hanya memintarkan peserta didiknya bukan
mendidik karena dilihat masih banyak peserta didik yang bertindak kurang baik,
moralnya jelek dan sikapnya jelek. Kasus yang kedua: ada juga yang memandang
masyarakat adalah hampir rata-rata orang yang berpendidikan tinggi yang akan
sukses dimasa depan, tetapi pada kenyataannya banyak sarjana yang menganggur.
Analisis: pertama, pendidikan pada
hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan
pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good).
Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi
menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih
sulit atau bahkan sangat sulit. Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan
bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang
mengiringi kehidupan manusia kapan dan dimana pun. Sehingga masyarakat, orang
tua dan pendidik harus bekerja sama dalam memantau dan membentuk karakter dalam
diri anak. Dan sudah seharusnya pendidikan di sekolah mempunyai dan menanamkan
Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi
Pekerti, dan Pendidikan Karakter itu sendiri. Sebagai aspek kepribadian atau
karakreristik, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari
seseorang, mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini
lebih tepat di aplikasikan sebagai pendidikan budi pekerti. Meliputi:
Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan
pendidikan karakter semacam ini lebih menekankan kepada perilaku-perilaku
aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau tidak
baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural. Dengan
begitu peserta didik akan mempunyai sikap, moral yang baik.
Kedua, Seorang
sarjanawan atau sarjanawati adalah seseorang yang dianggap memiliki kemampuan
dibidang akademik dan berwawasan luas. Sarjana, dipandang sebagai seorang yang
berilmu dan memiliki masa depan cerah. Pandangan masyarakat terhadap “sarjana”
memang berlebihan. Mereka dianggap sebagai orang terdidik yang serba bisa dalam
segala hal. Namun, pada kenyataannya “penganggur profesional” ini makin
bertambah setiap tahunnya. Melihat fenomena yang terjadi, arus persaingan lulusan
perguruan tinggi semakin gencar mempromosikan perguruan tingginya
masing-masing, tanpa memperhatikan bahwa lulusan yang mereka lahirkan tidak memiliki keterampilan
khusus, selain itu mereka hanya menguasai bidang atau ilmu tertentu. Akibatnya, mereka menjadi penganggur
terpelajar, begitu lulus mereka hanya mencari kerja dan tidak bisa menciptakan
lapangan kerja.
Dan sebaiknya yang harus dilakukan perguruan tinggi selain knowledge
juga harus memberikan soft skills serta mengasah potensi diri mahasiswa
yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa yang diaktualisasikan dalam karya
mereka. Potensi inilah yang nantinya melahirkan beragam kreasi dan prestasi
civitas akademika. Proses mengasah potensi ini juga dimaksudkan untuk membentuk
jiwa kewirausahaan dan kemandirian para mahasiswa. Sehingga, ketika lulus dari
perguruan tinggi mereka akan memiliki bekal untuk menggapai sukses, dan juga memiliki
kemampuan bersikap, berkarya serta sebagai wirausahawan baru yang professional,
mandiri, inovatif dan menjadi alumni yang berwawasan kemandirian, terdidik yang
berkualitas. Jelaslah sekarang bahwa untuk menjadi seorang sarjana yang
sebenarnya sangatlah tidak mudah, perlu tanggung jawab yang besar dalam memikul
beban titel yang sinkron terhadap apa yang dicita-citakan dan sesuai dengan
bidang ilmu yang kita geluti masing-masing dan harus memiliki kemampuan atau
potensi tersendiri sehingga nantinya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian pendidikan dan masyarakat ?
2.
Bagaimana konsep pendidikan dan masyarakat ?
3.
Bagaimana hubungan masyarakat dan pendidikan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah suatu proses pengubahan sifat dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. [1]
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi
manusia, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, dan karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.[2]
Sedangkan menurut taman siswa sebagaimana di
sebutkan Ki hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai upaya pemeliharaan
manusia guna mengembangkan benih keturunan dari suatu bangsa agar dapat
berkembang dengan sehat lahir batin. Manusia harus dikembangkan jiwa raganya
dengan mempergunakan segala alat pendidikan dengan berdasarkan adat istiadat
rakyat .[3]
Jadi menurut penulis pendidikan adalah usaha membimbing
dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan
intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian Masyarakat
Hidup
dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain.
Beberapa
pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat
antara lain yaitu: Masyarakat adalah suatu faktor pokok yang mempengaruhi
pendidikan. Masyarakat mengambil peran penting. Masyarakat diartikan sebagai
suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara
berpikir dan bertindak yang relative sama dan menyadari diri sebagai satu
kesatuan. [4]
Jadi dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu
kelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang
dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
B. Konsep
Pendidikan dan Masyarakat
Konsep pendidikan
masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dari
konsep tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan masyarakat adalah pendidikan
yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
masyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap
kegiatan belajar serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Konsep tersebut
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki
daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Dalam
konteks Indonesia, Pendidikan masyarakat menurut Nielsen merujuk pada
pengertian yang beragam yaitu:
1. Peran serta
masyarakat dalam pendidikan.
2. Pengambilan
keputusan yang berbasis sekolah.
3. Pendidikan yang
diberikan oleh sekolah swasta atau yayasan.
4. Pendidikan dan
pelatihan yang diberikan oleh pusat pelatihan milik swasta.
5. Pendidikan luar
sekolah yang disediakan oleh pemerintah.
6. Pusat kegiatan
belajar masyarakat.
Pendekatan
pendidikan berbasis masyarakat ini adalah salah satu pendekatan yang di anggap
oleh masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan, dengan melihat pendidikan
sebagai proses dan menganggap masyarakat sebagai fasilitator yang dapat
menyebabkan perubahan untuk menjadi lebih baik.
Pendidikan
berbasis masyarakat ini memiliki kunci penting, yaitu masyarakat dilibatkan
sebagai subjek atau pelaku bukan objek yang hanya menerima sistem pendidikan
saja. Masyarakat pun diajak untuk bertanggung jawab dari awal perencanaan
hingga pada pelaksanaan pendidikan di wilayahnya masing-masing. Hal tersebut
menggambarkan bahwa masyarakat lebih tahu apa yang mereka inginkan dan potensi
apa saja yang dapat dikembangkan dengan diadakannya fasilitas pendidikan yang
ada di daerahnya.
Begitu arahnya ada "penyerapan" dari
dalam masyarakat bahwa mereka sangat memerlukan pendidikan untuk bisa keluar
dari permasalahan setempat. Proses dari input dan output di dalam masyarakat
dengan pola seperti ini dapat lebih terarah. Pendidikan dari masyarakat, oleh
masyakat, dan untuk masyarakat ini mencerminkan bahwa pendidikan bukan lagi
suatu hal yang sulit di jangkau oleh sistem sederhana yang di miliki oleh
masyarakat.
Masyarakat dalam kiprahnya sangat mempengaruhi
pendidikan baik tujuan pendidikan maupun prakteknya. Apa yang diajarkan dan dibudayakan
tentang nilai-nilai dalam pendidikan tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Apa yang dianggap luhur
dalam suatu masyarakat juga akan diajarkan dan dibudayakan dalam pendidikan.
Sebagai contoh di daerah tertentu yang selalu melakukan kegiatan keagamaan
jamiyyah yasinan, tahlilan, berzanjian, manaqiban, dan seterusnya maka di
sekolah juga akan diajarkan tentang yasinan, tahlilan, berzanjian, dan
manaqiban serta menanamkan budaya tersebut melalui kegiatan ekstra kurikuler
atau dalam rangka memperingati hari-hari besar Islam dan sebagainya.
Masyarakat
yang peradabannya maju, pendidikannya tinggi maka akan mempengaruhi
pendidikannya juga maju. Sebaliknya masyarakat yang pendidikannya rendah maka
pendidikan yang berkembang di masyarakat tersebut juga kurang
baik.[6]
C. Hubungan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat
Hubungan antara sekolah dan masyarakat masih
sangat minim oleh sebab itu pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai
persiapan kesiapan untuk kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah kita bersifat
akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan
sumber-sumber masyarakat.
Padahal seharusnya hubungan sekolah dan
masyarakat haruslah erat, sekolah disini sebagai pelaksana agar masyarakat
menjadi baik dan murid-murid dapat aktif dalam bagian masyarakat baik anak-anak
maupun dewasa.
Hubungan sekolah dan masyarakat
merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di
tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat.
Mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat untuk
kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut
adalah untuk mensukseskan program-program yang bersangkutan sehingga sekolah
tersebut bisa tetap eksis.
Jika dilihat dari segi maknanya,
hubungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang luas. Sehingga,
masing-masing ahli memiliki persepsi yang berbeda, seperti[7]
diungkapkan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
mengemukakan bahwa : ” hubungan masyarakat dan sekolah merupakan komunikasi dua
arah antar organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung
fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta
pemenuhan kepentingan bersama.”
Dikatakan E. Mulyasa (2009) mengatakan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kesenjangan antara sekolah dan
masyarakat adalah minimnya informasi yang bertalian dengan pendidikan di
sekolah dan kurang kuatnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk
memperoleh dukungan yang lebih luas dari masyarakat perlu dilakukan upaya
sosialisasi yang bertujuan memperkenalkan beragam hal tentang implementasi
kurikulum dan kondisi objektifnya. Hal ini bertujuan agar dapat menarik
berbagai perhatian dari berbagai elemen yang berhubungan dengan manajemen
sekolah, agar terdorong untuk melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan
di sekolah.
Maksud hubungan sekolah dengan
masyarakat, dikatakan Sutisna dalam Mulyasa (2009) yakni untuk mengembangkan
pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah; untuk menilai
program sekolah; untuk mempersatukan orang tua murid dengan guru dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak didik; untuk mengembangkan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; untuk membangun dan
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah; untuk memberitahukan
masyarakat tentang pekerjaan sekolah; dan untuk mengerahkan dukungan dan
bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.
Sekolah juga banyak menggunakan
masyarakat sebagai sumber pelajaran memberikan kesempatan luas dalam mengenal
kehidupan masyarakat. Diharapkan agar anak didik dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarkat, lebih mengenal lingkunagn sosial, dapat berinteraksi
dengan orang lain dengan latar belakang keluarga berbeda, seperti :
sosial-ekonomi, agama, budaya, etnis. Apa yang dipelajari di sekolah hendaknya
berguna bagi kehidupan anak di masyarakat dan didasarkan atas masalah
masyarakat. Anak diharapkan pula lebih serasi dipersiapkan sebagai warga
masyarakat.[8]
Hubungan timbal balik pendidikan di
sekolah dan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan
pembinaan dukungan moral, materiil, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber
belajar. Bagi masyarakat, dapat mengetahuai beragam hal tentang sekolah dan
inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan kebutuhan berpastisipasi dalam
pendidikan, melakukan tekanan, dan tuntutan terhadap sekolah. Beragam teknik
dan media dapat dilakukan dalam konteks ini, seperti melakukan rapat dan
pertemuan, surat menyurat,buku penghubung, bulletin sekolah, dan kegiatan
ekstrakulikuler yang melibatkan anak didik dan orang tua. Hubungan sekolah dan
masyarakat merupakan sarana yang berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi anak didik di sekolah. Sekolah, dalam konteks ini, sebagai
system sosial yang merupakan bagian integral dari system yang lebih besar,
yakni masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang lebih erat
dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan dengan efektif dan efisien.
Sekolah juga harus menunjang proses pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan
masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Sekolah harus mengetahui dengan
jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap
sekolah. Dengan singkat, antara sekolah dan masyarakat perlu dibina dan
dikembangkan suatu hubunagn yang harmonis.[9]
Sebagai upaya dalam mengembangkan
hubungan sekolah dan masyarakat, maka elemen-elemen sekolah, terutama kepala
sekolah dan guru-guru, merupakan kunci keberhasilan yang harus memerhatiakan
kebutuhan anak didik, orang tua, dan masyarakat. Kepala sekolah, dituntut
berupaya membina dan mengembangkan hubungan kerja yang baik antara sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang
konstruktif ini akan membentuk: saling pengertian antara sekolah, orang tua,
masyarakat, dan dunia kerja; saling membantu antara sekolah dan
masyarakatkarena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing;
kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai elemen masyarakat karena
kebanggabn mereka terhadap sekolah berkualitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan
makalah tersebut dapat di simpulkan bahwa :
1. Pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi manusia, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, dan karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Jadi pendidikan merupakan usaha membimbing
dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi
anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannnya dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan masyarakat adalah suatu kesatuan
hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat,
kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
2. Konsep pendidikan
dan masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.
Pendidikan yang dikelola oleh masyarakat dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menekankan pentingnya
partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar serta bertujuan untuk
menjawab kebutuhan masyarakat sehingga mewujudkan masyarakat yang cerdas,
terampil, mandiri dan memiliki daya saing dengan melakukan program belajar yang
sesuai kebutuhan masyarakat. Masyarakat dalam kiprahnya sangat
mempengaruhi pendidikan baik tujuan pendidikan maupun prakteknya. Apa yang
diajarkan dan dibudayakan tentang nilai-nilai dalam pendidikan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
3. Hubungan pendidikan dan masyarakat
diupayakan terjadinya jalinan interaksi sekolah agar dapat diterima di
tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat.
Mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat untuk
kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut
adalah untuk mensukseskan program-program yang bersangkutan sehingga sekolah
tersebut bisa tetap eksis. Hubungan masyarakat dan sekolah merupakan komunikasi
dua arah antar organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka
mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama
serta pemenuhan kepentingan bersama.
B.
Saran
Praktis
a. Bagi Penulis
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat
mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar
kita dapat memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi
hal-hal yang nantinya bisa terjadi. Dan juga supaya kita lebih
bersungguh-sungguh lagi dalam menempuh pendidikan agar kelak nanti dimasyarakat
kita bisa dihargai dengan kemapuan dan keterampilan yang kita miliki.
b. Bagi
Pendidikan dan Mayarakat
Tentunya
sebagai lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat harus saling mempengaruhi dan
bekerjasama dalam hal-hal positif. Karena pendidikan dan masyarakat satu sama
lain saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Idi. 2013. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Adri
Efferi. 2009. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadist MTs – MA. STAIN Kudus: Kudus.
Dean
Nielsen. 2001. Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di
Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan.
Bandung: Pustaka Setia.
Sulthon.
2011. Ilmu Pendidikan. STAIN Kudus: Kudus.
[1] Adri Efferi. Materi
dan Pembelajaran Qur’an Hadist MTs – MA (Kudus:
STAIN Kudus, 2009). Hlm. 21.
[2] Hamdani. 2011. Dasar-Dasar
Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia. Hlm. 41.
[4] Ibid. hlm 120
[5] Dean
Nielsen.2001. Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di Indonesia.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hlm. 175-176.
[6] Sulthon. OP.Cit. Hlm. 120
[7] Abdullah Idi, 2013. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Hlm. 178.
[8] Ibid. Abdullah Idi. Hlm. 69.
[9] Ibid, Abdullah Idi. Hlm. 79.
No comments:
Write comments