Wednesday, March 9, 2016

Makalah Sosiologi Pendidikan

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

RESUME
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Siti Malaiha Dewi, M.SI.




Disusun Oleh : kelompok 1
1.         Wafirotul Karimah                    1310110313
2.         Rifqi Nafidatul Unsa                 1310110330
3.         Siti Aminah                                1310110340

                                         

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang  
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anaknya agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun pendidikan disekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Memerhatikan perkembangan pendidikan formal dewasa ini, kadang-kadang sangat memprihatinkan, manakala gelar telah di sandang , tetapi keilmuannya kosong melompong. Manusia dan masyarakat terjebak dalam formalitas dan kebohongan intelektual karena kurang menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan. Yang diutamakan adalah gelar karena menyandang gelar diartikan sebagai bagian dari naiknya status sosial.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-normaatau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakatdapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk pertumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusiayang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara.
Pendidikan dan masyarakat itu harus saling terkait apabila tidak ada pendidikan maka masyarakat tidak bisa berjalan dan sebaliknya.
Ada beberapa kasus yang pertama: ada pendapat bahwa pendidikan di sekolah dalam proses belajar mengajar disebut-sebut hanya memintarkan peserta didiknya bukan mendidik karena dilihat masih banyak peserta didik yang bertindak kurang baik, moralnya jelek dan sikapnya jelek. Kasus yang kedua: ada juga yang memandang masyarakat adalah hampir rata-rata orang yang berpendidikan tinggi yang akan sukses dimasa depan, tetapi pada kenyataannya banyak sarjana yang menganggur.
Analisis: pertama, pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good). Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan dimana pun. Sehingga masyarakat, orang tua dan pendidik harus bekerja sama dalam memantau dan membentuk karakter dalam diri anak. Dan sudah seharusnya pendidikan di sekolah mempunyai dan menanamkan Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Karakter itu sendiri. Sebagai aspek kepribadian atau karakreristik, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat di aplikasikan sebagai pendidikan budi pekerti. Meliputi: Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural. Dengan begitu peserta didik akan mempunyai sikap, moral yang baik.
Kedua, Seorang sarjanawan atau sarjanawati adalah seseorang yang dianggap memiliki kemampuan dibidang akademik dan berwawasan luas. Sarjana, dipandang sebagai seorang yang berilmu dan memiliki masa depan cerah. Pandangan masyarakat terhadap “sarjana” memang berlebihan. Mereka dianggap sebagai orang terdidik yang serba bisa dalam segala hal. Namun, pada kenyataannya “penganggur profesional” ini makin bertambah setiap tahunnya. Melihat fenomena yang terjadi, arus persaingan lulusan perguruan tinggi semakin gencar mempromosikan perguruan tingginya masing-masing, tanpa memperhatikan bahwa lulusan yang mereka lahirkan tidak memiliki keterampilan khusus, selain itu mereka hanya menguasai bidang atau ilmu tertentu. Akibatnya, mereka menjadi penganggur terpelajar, begitu lulus mereka hanya mencari kerja dan tidak bisa menciptakan lapangan kerja. Dan sebaiknya yang harus dilakukan perguruan tinggi selain knowledge juga harus memberikan soft skills serta mengasah potensi diri mahasiswa yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa yang diaktualisasikan dalam karya mereka. Potensi inilah yang nantinya melahirkan beragam kreasi dan prestasi civitas akademika. Proses mengasah potensi ini juga dimaksudkan untuk membentuk jiwa kewirausahaan dan kemandirian para mahasiswa. Sehingga, ketika lulus dari perguruan tinggi mereka akan memiliki bekal untuk menggapai sukses, dan juga memiliki kemampuan bersikap, berkarya serta sebagai wirausahawan baru yang professional, mandiri, inovatif dan menjadi alumni yang berwawasan kemandirian, terdidik yang berkualitas. Jelaslah sekarang bahwa untuk menjadi seorang sarjana yang sebenarnya sangatlah tidak mudah, perlu tanggung jawab yang besar dalam memikul beban titel yang sinkron terhadap apa yang dicita-citakan dan sesuai dengan bidang ilmu yang kita geluti masing-masing dan harus memiliki kemampuan atau potensi tersendiri sehingga nantinya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.

B.  Rumusan Masalah                  
1. Bagaimana pengertian pendidikan dan masyarakat ?
2. Bagaimana konsep pendidikan dan masyarakat ?
3. Bagaimana hubungan masyarakat dan pendidikan ?


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
1.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu proses pengubahan sifat dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. [1]
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi manusia, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, dan karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.[2]
Sedangkan menurut taman siswa sebagaimana di sebutkan Ki hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai upaya pemeliharaan manusia guna mengembangkan benih keturunan dari suatu bangsa agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin. Manusia harus dikembangkan jiwa raganya dengan mempergunakan segala alat pendidikan dengan berdasarkan adat istiadat rakyat .[3]
Jadi menurut penulis pendidikan adalah usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Pengertian Masyarakat
Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. 
Beberapa pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain yaitu: Masyarakat adalah  suatu faktor pokok yang mempengaruhi pendidikan. Masyarakat mengambil peran penting. Masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relative sama dan menyadari diri sebagai satu kesatuan. [4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
B.      Konsep Pendidikan dan Masyarakat
Konsep pendidikan masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dari konsep tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Konsep tersebut adalah untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam konteks Indonesia, Pendidikan masyarakat menurut Nielsen merujuk pada pengertian yang beragam yaitu:
1.    Peran serta masyarakat dalam pendidikan.
2.    Pengambilan keputusan yang berbasis sekolah.
3.    Pendidikan yang diberikan oleh sekolah swasta atau yayasan.
4.    Pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh pusat pelatihan milik swasta.
5.    Pendidikan luar sekolah yang disediakan oleh pemerintah.
6.    Pusat kegiatan belajar masyarakat.
7.    Pendidikan luar sekolah yang diberikan oleh organisasi akar rumput seperti LSM dan pesantren.[5]
Pendekatan pendidikan berbasis masyarakat ini adalah salah satu pendekatan yang di anggap oleh masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan, dengan melihat pendidikan sebagai proses dan menganggap masyarakat sebagai fasilitator yang dapat menyebabkan perubahan untuk menjadi lebih baik.
Pendidikan berbasis masyarakat ini memiliki kunci penting, yaitu masyarakat dilibatkan sebagai subjek atau pelaku bukan objek yang hanya menerima sistem pendidikan saja. Masyarakat pun diajak untuk bertanggung jawab dari awal perencanaan hingga pada pelaksanaan pendidikan di wilayahnya masing-masing. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat lebih tahu apa yang mereka inginkan dan potensi apa saja yang dapat dikembangkan dengan diadakannya fasilitas pendidikan yang ada di daerahnya. 
 Begitu arahnya ada "penyerapan" dari dalam masyarakat bahwa mereka sangat memerlukan pendidikan untuk bisa keluar dari permasalahan setempat. Proses dari input dan output di dalam masyarakat dengan pola seperti ini dapat lebih terarah. Pendidikan dari masyarakat, oleh masyakat, dan untuk masyarakat ini mencerminkan bahwa pendidikan bukan lagi suatu hal yang sulit di jangkau oleh sistem sederhana yang di miliki oleh masyarakat.
 Masyarakat dalam kiprahnya sangat mempengaruhi pendidikan baik tujuan pendidikan maupun prakteknya. Apa yang diajarkan dan dibudayakan tentang nilai-nilai dalam pendidikan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Apa yang dianggap luhur dalam suatu masyarakat juga akan diajarkan dan dibudayakan dalam pendidikan. Sebagai contoh di daerah tertentu yang selalu melakukan kegiatan keagamaan jamiyyah yasinan, tahlilan, berzanjian, manaqiban, dan seterusnya maka di sekolah juga akan diajarkan tentang yasinan, tahlilan, berzanjian, dan manaqiban serta menanamkan budaya tersebut melalui kegiatan ekstra kurikuler atau dalam rangka memperingati hari-hari besar Islam dan sebagainya.
Masyarakat yang peradabannya maju, pendidikannya tinggi maka akan mempengaruhi pendidikannya juga maju. Sebaliknya masyarakat yang pendidikannya rendah maka pendidikan yang berkembang di masyarakat tersebut juga kurang baik.[6]
C.     Hubungan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat
Hubungan antara sekolah dan masyarakat masih sangat minim oleh sebab itu pendidikan sekolah dipandang terutama sebagai persiapan kesiapan untuk kelanjutan pelajaran. Kurikulum sekolah kita bersifat akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat.
Padahal seharusnya hubungan sekolah dan masyarakat haruslah erat, sekolah disini sebagai pelaksana agar masyarakat menjadi baik dan murid-murid dapat aktif dalam bagian masyarakat baik anak-anak maupun dewasa.
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Jika dilihat dari segi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang luas. Sehingga, masing-masing ahli memiliki persepsi yang berbeda, seperti[7] diungkapkan. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia mengemukakan bahwa : ” hubungan masyarakat dan sekolah merupakan komunikasi dua arah antar organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama.”
Dikatakan E. Mulyasa (2009) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kesenjangan antara sekolah dan masyarakat adalah minimnya informasi yang bertalian dengan pendidikan di sekolah dan kurang kuatnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk memperoleh dukungan yang lebih luas dari masyarakat perlu dilakukan upaya sosialisasi yang bertujuan memperkenalkan beragam hal tentang implementasi kurikulum dan kondisi objektifnya. Hal ini bertujuan agar dapat menarik berbagai perhatian dari berbagai elemen yang berhubungan dengan manajemen sekolah, agar terdorong untuk melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Maksud hubungan sekolah dengan masyarakat, dikatakan Sutisna dalam Mulyasa (2009) yakni untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah; untuk menilai program sekolah; untuk mempersatukan orang tua murid dengan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik; untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah; untuk memberitahukan masyarakat tentang pekerjaan sekolah; dan untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.
Sekolah juga banyak menggunakan masyarakat sebagai sumber pelajaran memberikan kesempatan luas dalam mengenal kehidupan masyarakat. Diharapkan agar anak didik dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarkat, lebih mengenal lingkunagn sosial, dapat berinteraksi dengan orang lain dengan latar belakang keluarga berbeda, seperti : sosial-ekonomi, agama, budaya, etnis. Apa yang dipelajari di sekolah hendaknya berguna bagi kehidupan anak di masyarakat dan didasarkan atas masalah masyarakat. Anak diharapkan pula lebih serasi dipersiapkan sebagai warga masyarakat.[8]
Hubungan timbal balik pendidikan di sekolah dan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan pembinaan dukungan moral, materiil, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar. Bagi masyarakat, dapat mengetahuai beragam hal tentang sekolah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan kebutuhan berpastisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan tuntutan terhadap sekolah. Beragam teknik dan media dapat dilakukan dalam konteks ini, seperti melakukan rapat dan pertemuan, surat menyurat,buku penghubung, bulletin sekolah, dan kegiatan ekstrakulikuler yang melibatkan anak didik dan orang tua. Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan sarana yang berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi anak didik di sekolah. Sekolah, dalam konteks ini, sebagai system sosial yang merupakan bagian integral dari system yang lebih besar, yakni masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang lebih erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan dengan efektif dan efisien. Sekolah juga harus menunjang proses pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan singkat, antara sekolah dan masyarakat perlu dibina dan dikembangkan suatu hubunagn yang harmonis.[9]
Sebagai upaya dalam mengembangkan hubungan sekolah dan masyarakat, maka elemen-elemen sekolah, terutama kepala sekolah dan guru-guru, merupakan kunci keberhasilan yang harus memerhatiakan kebutuhan anak didik, orang tua, dan masyarakat. Kepala sekolah, dituntut berupaya membina dan mengembangkan hubungan kerja yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang konstruktif ini akan membentuk: saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan dunia kerja; saling membantu antara sekolah dan masyarakatkarena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing; kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai elemen masyarakat karena kebanggabn mereka terhadap sekolah berkualitas.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan makalah tersebut dapat di simpulkan bahwa :
1.      Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi manusia, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, dan karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Jadi pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan  masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
2.      Konsep pendidikan dan masyarakat adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat sehingga mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat. Masyarakat dalam kiprahnya sangat mempengaruhi pendidikan baik tujuan pendidikan maupun prakteknya. Apa yang diajarkan dan dibudayakan tentang nilai-nilai dalam pendidikan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
3.      Hubungan pendidikan dan masyarakat diupayakan terjadinya jalinan interaksi sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensukseskan program-program yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. Hubungan masyarakat dan sekolah merupakan komunikasi dua arah antar organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama.

B.     Saran Praktis
a.      Bagi Penulis
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang nantinya bisa terjadi. Dan juga supaya kita lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menempuh pendidikan agar kelak nanti dimasyarakat kita bisa dihargai dengan kemapuan dan keterampilan yang kita miliki.
b.      Bagi Pendidikan dan Mayarakat
Tentunya sebagai lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat harus saling mempengaruhi dan bekerjasama dalam hal-hal positif. Karena pendidikan dan masyarakat satu sama lain saling berkaitan.















DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2013. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.



Adri Efferi. 2009. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadist  MTs – MA. STAIN Kudus: Kudus.


Dean Nielsen. 2001. Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.


Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.


Sulthon. 2011. Ilmu Pendidikan. STAIN Kudus: Kudus.








[1] Adri Efferi. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadist  MTs – MA (Kudus: STAIN Kudus, 2009). Hlm. 21.
[2] Hamdani. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia. Hlm. 41.
[3] Sulthon. Ilmu Pendidikan (Kudus: STAIN Kudus, 2011). Hlm . 57.
[4] Ibid. hlm 120
[5] Dean Nielsen.2001. Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hlm. 175-176.
[6]  Sulthon. OP.Cit.  Hlm. 120
[7] Abdullah Idi, 2013. Sosiologi Pendidikan  Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.. Raja Grafindo Persada:  Jakarta. Hlm. 178.

[8] Ibid. Abdullah Idi. Hlm. 69.
[9] Ibid, Abdullah Idi. Hlm. 79. 

No comments:
Write comments