PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia hidup selalu lekat dengan
orang lain. Salah satunya lingkungan dalam bermasyarakat yang juga tak pernah
lepas dari interaksi manusia. Banyak masyarakat yang kurang menyadari dan
kurang peka terhadap adanya hubungan antar kelompok. Padahal, setiap hari kita
mengalami dan melakukan hal tersebut. Kembali pada hakikatnya, manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Hal itulah yang
menyebabkan adanya hubungan diantara berbagai kelompok.
Status
sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa tersebut. Tidak dapat
dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak pejabat akan cenderung bergaul
dengan teman yang se-level. Hal ini dapat terjadi di dalam maupun di hingga
pergaulan di luar sekolah. Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh.
Jikalau ada jumahnyapun sangat sedikit.
Saat ini status sosial orang tua
sangat mempengaruhi pergaulan siswa tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang
siswa yang merupakan anak pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang
se-level. Hal ini dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar
sekolah. Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada jumahnyapun
sangat sedikit. Dari salah
satu contoh realita tersebut timbulah perbedaan-perbedaan itu mungkin golongan
minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana
pendidikan dan hubungan antar kelompok
itu sebenarnya.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pendidikan?
2.
Apa macam-macam antar kelompok?
3.
Bagaimana hubungan pendidikan dengan antar kelompok?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sering diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.[1]
Pendidikan secara luas dan umum dimengerti sebagai usaha sadar yang dilakukan
oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta
didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang
dewasa.[2]
Pendidikan adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek
jasmani, rohani, dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya
pribadi, keluarga, dan masyarakat yang berbudi.[3]
Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional merumuskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[4]
B. Pengertian dan Antar Kelompok
Sherif dan Sherif (1956) memberikan pengertian bahwa
kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari beberapa individu sebagai anggota
kelompok di mana individu-individu tadi mempunyai status atau peranan tertentu
dan dalam unit sosial tadi berlakulah serangkaian norma-norma yang mengatur
tingkah laku kelompok. Suatu unit sosial menunjukkan adanya hubungan-hubungan
sosial, jalinan reaksi yang timbal balik. Suatu kelompok sosial tentulah
mempunyai jangka waktu tertentu hidupnya bahkan ada yang permanen, misalnya
keluarga.[5]
Untuk memulai pembahasan mengenai kelompok, hal yang
perlu diingat adalah bahwa dalam konsep kelompok ternyata mempunyai berbagai
makna. Dikalangan ahli
sosiologi kita jumpai berbagai usaha untuk mengklasifikasikan jenis kelompok;
diantaranya ialah klasifikasi dari Robert Biersterdt.
Bierstedt
menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada tidaknya
organisasi, hubungan sosial diantara anggota kelompok, dan kesadaran jenis.
Berdasarkan ketiga kriteria tersebut bierstedt kemudian membedakan empat jenis
kelompok, yaitu: kelompok-kelompok statistik (statistical group), kelompok
kemasyarakatan (societal group), kelompok sosial (social group), dan kelompok
asosiasi (associational group).
Kelompok
statistik merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut
diatas, kelompok yang tidak merupakan organisasi, tidak ada hubungan sosial
antara anggota, dan tidak ada kesadaran jenis. Oleh bierstedt dikemukakan bahwa
kelompok statistik ini hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil
ciptaan para ilmuwan sosial. Contoh yang dapat disajikan untuk kelompok
statistik ini adalah pada anak-anak yang dikelompokkan dalam kategori terendah
tersebut (yang kadangkala dinamakan kelompok balita) maupun dalam kelompok umur
berikutnya tidak dijumpai organisasi, kesadaran mengenai keanggotaan dalam
kelompok atau pun hubungan sosial.
Kelompok
kemasyarakatan merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu persyaratan, yaitu
kesadaran akan persamaan diantara mereka. Di
dalam kelompok jenis ini
belum ada kontak dan komunikasi diantara anggota, dan juga belum ada
organisasi. Menurut bierstedt kelompok ini dijumpai persamaan kepentingan
pribadi tetapi bukan kepentingan bersama. Misalnya apabila dikelompokkan
menurut jenis kelamin maka penduduk Indonesia terdiri atas sekian laki-laki dan
sekian perempuan. Pengelompokan ini menghasilkan kelompok kemasyarakatan,
karena baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan yang dikelompokkan itu
terdapat kesadaran akan jenis kelamin mereka masing-masing tetapi tidak ada
organisasi yang mengikat seluruh perempuan atau laki-laki yang dikelompokkan
itu, dan diantara seluruh anggota masing-masing kelompok pun tidak dijumpai
hubungan sosial.
Kelompok sosial
merupakan kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan
satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Misalnya
kelompok teman, kerabat, dan sebagainya.
Kelompok
asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi ketiga kriteria tersebut diatas.
Dalam kelompok ini para anggotanya mempunyai kesadaran jenis, dan menurut
bierstedt dalam kelompok ini juga dijumpai persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Di samping itu diantara para anggota kelompok asosiasi
kita jumpai adanya hubungan sosial (adanya kontak dan komunikasi). Selain itu
juga dijumpai adanya ikatan
organisasi formal. Misalnya kita pernah masuk dalam anggota kelompok asosiasi
organisasi sekolah, gerakan pramuka, senat mahasiswa, parpol, dan lain
sebagainya.
Selanjutnya,
Robert K. Merton salah seorang sosiolog yang banyak menulis mengenai konsep
kelompok. Dalam salah satu tulisannya merton mendefinisikan konsep kelompok
sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah
mapan.
Merton
menyebutkan tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok
ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua, pihak yang berinteraksi
mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, pihak yang berinteraksi
didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.
Konsep lain yang
diajukan pula oleh merton ialah konsep kategori sosial (social categories).
Kategori sosial adalah suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama seperti
jenis kelamin atau usia. Antara pendukung peran tersebut tidak terdapat
interaksi.
B.1 KELOMPOK SOSIAL
Manusia pada dasarnya adalah makhluk social memiliki
naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri mausia untuk selalu hidup dengan
orang lain disebut gregarious sehingga manusia juga disebut social animal.
Seseorang sosiolog, di dalam menelaah masyarakat manusia akan banyak
berhubungan dengan kelompok-kelompok social baik yang kecil ataupun
kelompok-keompok yang besar. Kelompok social atau social group adalah himpunan
atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara
mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.[6]
Menurut penulis dapat disimpulkan kelompok social
adalah sekumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan
saling berinteraksi sehingga tumbuh rasa kebersamaan dan rasa memiliki.
Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat itu sendiri. Kelompok juga dapat
mempengaruhi perilaku anggotanya.
a. Klasifikasi
kelompok sosial
1) William
G. Sumner, mengemukakan adanya in-group atau we-group dan out-group
atau others-group atau every bodyelse.
a.
In-group, ada asosiasi ke arah mana
tiap-tiap anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas, seperti adanya
persahabatan dan kerjasama.
b.
Out-group, adanya interaksi sosial
dalam hubungan in-group yang satu dengan in-group yang lain.
2) Cooley,
mempergunakan dasar we and the group dari Summer yang mengemukakan
adanya jenis-jenis kelompok sosial-sosial primer, sekunder, dan tersier, atas
dasar intimitas perasaan individu-individu terhadap individu-individu atau
kelompok-kelompok lainnya.
b. Fungsi
Kelompok Sosial
Fungsi kelompok sosial
dapat bersifat individual dan sosial.
·
Fungsi
individual daripada kelompok ialah dalam taraf-taraf tertentu dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu, dapat memiliki pengetahuan-pengetahuan yang
esensial, kecakapan, sikap yang sesuai dengan pengalaman-pengalaman
pendewasaannya dalam kelompok yang lebih luas.
·
Fungsi sosial
daripada kelompok adalah meningkatkan kerja sama, meningkatkan semangat serta
produktivitas dalam kelompok, dan dapat menuai prestasi dalam kompetisi.
c. Dinamika
Kelompok Sosial
Masyarakat
dan kebudayaan manusia itu tumbuh dan berkembang terus menerus, jadi ada
perubahan-perubahan ke arah kemajuan. Perubahan-perubahan di dalam tingkah laku
masyarakat tidak selalu berjalan lancar, tetapi seringkali terdapat
hambatan-hambatan, misalnya gejala-gejala vested interest (kelompok yang berusaha untuk mengontrol suatu sistem sosial atau
kegiatan untuk keuntungan pribadi) dari kelompok.
Kelompok
selalu tunduk pada dua tipe kekuatan yang berlawanan
1. Kekuatan atau sentripetal, yang berusaha
kepada kelangsungan kelompok, menentang perubahan-perubahan. Kekuatan
sentripetal di dominasi oleh golongan yang telah tua, adanya perkembangan vested
interest, adanya formulasi tertentu pergantian pimpinan, dan
sebagainya.
2. Kekuatan
sentrifugal, yaitu yang berusaha merusak kesatuan dari dalam dan menghasilkan
perubahan atau pelepasan anggota.
B.2 KELOMPOK TIDAK TERATUR
Setelah membicarakan kelompok social yang teratur
kini tiba waktunya untuk secara garis besar menguraikan kelompok-kelompok
social yang secara relative tidak teratur, misalnya kerumunan, public dan lain sebagainya. Bermacam-macam
bentuk kelompok social yang tidak teratur tadi pada dasarnya dapat dimasukan kedalam dua golongan
besar yaitu kerumunan dan public.
1.
Kerumunan (Crowd)
Sangat sukar
untuk menerima suatu pendapat yang mengatakan bahwa sekumpulan manusia
semata-mata merupakan koleksi manusia-manusia secara fisik belaka. Setiap kenyataan
adanya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjuk pada adanya
suatu ikatan social. Walaupun mereka berada disatu tempat secara kebetulan.
Kerumunan jelas tidak terorganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan, tetapi tidak
mempunyai system pembagian kerja maupun sisitem pelapisan social.
Ukuran utama
adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Paling tidak batas
kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga dapat
mendengarkan. Kerumunan tersebut akan segera tamat setelah orang-orangnya
bubar. Jadi, kerumunan merupakan suatu kelompok social yang bersifat sementara.
Puncak aksi
kerumunan akan dilalui apabila secara fisik mereka sudah lelah dan tujuan
bersama tercapai. Individu-individu yang merupakan suatu kerumunan, berkumpul
secara kebetulan disuatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan. Seiring
dikatakan bahwa kerumunan timbul dalam celah-celah organisasi social suatu
masyarakat. Sifatya yang sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan
kebudayaan yang tersendiri. Adapun bentuk-bentuk umum kerumunan, yaitu sebagai
berikut:
a.
Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur social
b.
Kerumunan yang bersifat sementara
c.
Kerumunan yang berlawanan norma-norma hukum
2.
Public
Berbeda dengan
kerumunan, public lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti
misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televise,
film dan lain sebagainya. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan
suatu public mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan
tetapi karena jumlahnya yang sangat besar, tak ada pusat perhatian yang tajam
sehingga kesatuan juga tak ada. Setiap aksi individu diprakasai oleh keinginan
individual (misalnya dalam pemungutan suara dalam pemilihan umum), dan ternyata
individu-individu dalam suatu public masih mempunyai keasadaran akan kedudukan
social yang sesungguhnya dan juga masih lebih mementingkan
kepentingan-kepentingan pribadi dari pada mereka yang tergabung dalam
kerumunan.[7]
Dengan demikian,
tingkah laku pribadi kelakuan public didasarkan pada tingah laku atau perilaku
individu. Untuk memudahkan mengumpulkan public tersebut , digunakan cara-cara
dengan menggandengkan nilai-nilai social atau tradisi masyarakat yang
bersangkutan, atau dengan menyiarkan pemberitaan-pemberitaan baik yang benar
maupun yang palsu sifatnya.
B.3 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Istilah
community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada
warga sebuah desa , kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu
kelompok, baik kelompok itu besar atau
kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan yang utama, kelompok tadi disebut
masyarakat setempat. Sebagai suatu perumpamaan kebutuhan seseorang tidak
mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila ia hidup bersama-sama rekan lainnya
yang sesuku.
Dapat
disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan
social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yag tertentu.
Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat
setempat tersebut. Unsure-unsur perasaan komuniti antara lain seperasaan,
sepenanggungan, dan saling memerlukan.
Dalam mengadakan
klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling
berpautan yaitu:
1.
Jumlah penduduk,
2.
Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah
pedalaman,
3.
Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap
seluruh masyarakat, dan
4.
Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Kriteria diatas
dapat digunakan untuk membedakan antara bermacam-macam jenis masyarakat
setempat yang masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dalam masyarakat yang modern
sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Perbedaan
tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat
sederhana karena dalam masyarakat modern betapapun kecilnya suatu desa pasti
ada pengaruh-pengaruh dari kota-kota begitupun sebaliknya.
Seseorang boleh
saja berpendapat bahwa semua tempat dengan kepadatan penduduk yang tinggi
merupakan masyarakat perkotaan. Hal itu kurang tepat karena banyak pula daerah
yang berpenduduk padat yang tidak dapat digolongkan kedalam masyarakat
perkotaan.[8]
Warga pedesaan
suatu masyarakat yang mempunyai hubungan lebih erat dan lebih mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat. System kehidupan biasanya berkelompok
atas dasar sitem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup
dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
dan tukang membuat gula pada intinya pekerjaan petani adalah pertanian.
Di dalam masyarakat
perkotaan terdapat perbedaan perhatian, khususnya keperluan hidup. Di kota yang
diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama kehidupan,
hubungan-hubungan untuk memerhatikan fungsi makanan, pakaian, rumah, dan
sebagainya. Hal ini sudah bebbeda dengan pandangan orang kota. Orang kota sudah
memandang penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat
sekitarnya.
C.
Hubungan pendidikan dengan antar kelompok
Pendidikan
merupakan saluran mobilitas sosial yang juga dapat menentukan status seorang
individu dalam suatu kelompok. Masyarakat atau kelompok akan memposisikan individu
tersebut sesuai tingkatan pendidikannya. Misalnya untuk masyarakat pedesaan,
lulusan SMA biasa merupakan jenjang teratas di kalangan mereka karena
kebanyakan mereka tidak sekolah. Orang tersebut biasanya dijadikan sebagai
penasihat untuk urusan-urusan tertentu. Hal yang berbeda jika tamatan SMA
tersebut dalam komunitas orang kota yang kebanyakan mereka telah mengenyam
pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Status tamatan SMA terasa sangat
rendah.
Meskipun tidak
dapat dipungkiri, jenjang pendidikan belum dapat mewakili kearifan dan keilmuan
seseorang. Tetapi paling tidak, jenjang pendidikan dapat menjadi ciri individu
yang satu dengan yang lain untuk kemudian menempatkan status mereka dalam suatu
kelompok atau masyarakat.[9]
Kecemburuan dan
persaingan tidak sehat antar kelompok juga dapat memicu timbulnya masalah antar
kelompok di sekolah. Istilah gang menjadi trend anak sekolah saat ini. Gang
adalah representasi dari keakuan siswa dalam lingungan pergaulannya di sekolah.
Ikatan psikologis-emosional sering menyebabkan terjadinya perkelahian antar
pelajar meskipun hanya karena persolanan sepele. Hal ini dapat dimaklumi dari
tinjauan psikologis dimana perkembangan peserta didik dimasa itu merupakan
babak pencarian jati diri sehingga cenderung tidak stabil, emosional, dan mau
menang sendiri.
Dari beberapa
masalah diatas dapat disimpilkan bahwa banyak kesadaran masyarakat yang kurang
menyadari dan kurang peka terhadap adanya hubungan antar kelompok. Terlebih
lagi masalah yang sering terjadi dalam hubungan antar kelompok di sekolah
adalah tersisihnya kelompok minoritas, persaingan tidak sehat, gang, dan
kecemburuan.
Salah satu aspek
yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah memupuk hubungan sosial di kalangan
murid-murid. Biasanya sekolah terlalu fokus
pada peningkatan kualitas akademik saja. Program pendidikan antar murid, antar
golongan ini bergantung pada sruktur sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan
minoritas di kalangan mereka mempengaruhi hubungan kelompok-kelompok itu.
Kebanyakan negara mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang
berbedabeda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan
dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan secara luas dan umum dimengerti sebagai
usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan
latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah
tercapainya pribadi yang dewasa.
Kelompok
kemasyarakatan merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu persyaratan, yaitu
kesadaran akan persamaan diantara mereka. Di
dalam kelompok jenis ini
belum ada kontak dan komunikasi diantara anggota, dan juga belum ada
organisasi. Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan
empat kriteria yang saling berpautan yaitu jumlah penduduk, luas kekayaan dan
kepadatan penduduk daerah pedalaman, fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat
terhadap seluruh masyarakat, dan organisasi masyarakat setempat yang
bersangkutan.
Pendidikan
merupakan saluran mobilitas sosial yang juga dapat menentukan status seorang
individu dalam suatu kelompok. Masyarakat atau kelompok akan memposisikan individu
tersebut sesuai tingkatan pendidikannya.
B.
Saran
Demikian makalah
mengenai pendidikan dan hubungan antar kelompok. Tentu di dalam makalah ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan guna perbaikan makalah berikutnya. Semoga
bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
Anas
Salahuddin. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011
Darmaningtyas.
Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1999
Hasbullah. Dasar-dasar Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2012
Kahar Utsman. Sosiologi
Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus. 2009
Soekanto dan Soeryono. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 1982
https://bukunnq.wordpress.com//pendidikan-dan-hubungan-antar-kelompok/. Diakses tanggal 21 September 2015 pukul 13.00
[1] Hasbullah, Dasar-dasar
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, hlm.1.
[2] Darmaningtyas, Pendidikan
Pada Dan Setelah Krisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999, hlm.3.
[3] Anas Salahuddin, Filsafat
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm.21.
[4] Darmaningtyas, Op, Cit,.
hlm.4-5.
[5] Kahar Utsman, Sosiologi
Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus, 2009, hlm. 69.
[6] Soekanto dan Soeryono, 1982, Sosiologi
Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Hlm.99-10
[9] https://bukunnq.wordpress.com//pendidikan-dan-hubungan-antar-kelompok/.
Diakses tanggal 21 September 2015 pukul 13.00
No comments:
Write comments