Warga dunia sempat digegerkan dengan sebuah statemen rasis. Dalam
kampanyenya, Bakal calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, Senin
(7/12/2015) waktu setempat, ia menyerukan pencegahan semua orang Muslim
memasuki Amerika Serikat.[1]
Seakan Trump menaruh sikap kebencian yang amat dalam terhadap
Islam, Hal ini dilatarbelakangi berbagai peristiwa yang membuat warga Amerika
Serikat memberi stigma negatif terhadap muslim. Salah satunya adalah peristiwa
serangan 11 September 2001, oleh kelompok militan Islam Al Qaeda pimpinan Osama
Bin laden yang mengakibatkan runtuhnya Gedung World Trade Center di New York yang
menjadi pusat ekonomi-bisnis dunia. Tragedi ini mengakibatkan trauma
berkepanjangan terhadap umat Islam. Ini tentu saja bertolak belakang dengan
ajaran Islam yang penuh cinta kasih.[2]
Maraknya peristiwa terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan
Islam tidak pelak menggelitik banyak orang untuk mempertanyakan kembali adagium
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin kasih sayang terhadap alam
semesta. Agama Islam yang seharusnya menjadi penyemai perdamaian bagi umat
manusia di muka bumi ternyata ditampilkan dengan wajah keras dan garang, bukan
saja bagi non-Muslim tapi juga bagi sesama Muslim, melalui bahasa-bahasa jihad,
kafir, bid’ah, sesat, dan lain sebagainya.[3]
Namun kali ini saya tidak akan membahas mengenai bid’ah-bid’ah tersebut,
melainkan melihat wajah Islam yang ditampilkan di benua putih Amerika Serikat.
Jika banyak Muslim bertanya-tanya apa gerangan yang salah dengan
agama ini, lebih-lebih lagi Islam menuai citra negatif di kalangan non-Muslim,
terutama mereka di dunia Barat yang banyak mengenal Islam dari pemberitaan
media yang tidak sepenuhnya obyektif dan kadang ada media yang sengaja
membesar-besarkan pemberitaan jikalau (dalam bahasa kasaranya) Islam yang
terpojok sebagai tersangka.
Islam di Amerika
Amerika serikat menjadi salah satu negara non muslim yang berpenduduk
muslim cukup besar, negara yang berada di benua amerika bagian utara ini
berpenduduk muslim sebanyak 2,5 juta
jiwa. Selain Rusia sebanyak 25 juta jiwa, Jerman sebanyak 4,5 juta, Prancis sebanyak 3,5 juta jiwa,
Inggris sekitar 2 juta orang, dan Italia sebanyak 1,3 juta jiwa. Dan beberapa
negara lainya, di negara ini juga bermunculan pusat-pusat pendidikan dan
keagamaan Islam seperti Islamic Society of North America (ISNA) di kota New
York sebagai organisasi Islam terbesar di Negara super power tersebut. Menurut
penelitian dari Pew Research Center, dalam kurun beberapa waktu saja, muslim
Amerika telah berkembang begitu pesat.[4]
Kota penting yang menjadi pusat
berkembangnya Islam di Bumi Amerika adalah New York, selain menjadi pusat ISNA,
berdiri juga Islamic Cultural Center of New York (Pusat Budaya Islam New
York) di sini banyak pula berdiri
sekolah Islam, toko serta usaha milik umat Islam.[5]
Sekitar 99 persen muslim di Amerika
adalah kaum intelektual bergelar sarjana, master hingga doktor, bahkan Muslim
di sana sekarang sudah ikut memainkan peran politis dengan tampilnya dua
senator di parlemen Negeri Suku Indian ini. Kini muslim di Amerika telah
menunjukan geliat yang baik pasca serangkaian teror yang diawali serangan 11
september lalu. Awal-awal pasca serangan tersebut, penduduk muslim mendapat
stereotip atau stigma negatif dari masyarakat non-muslim. Tak jarang perlakuan
diskriminatif pun banyak dialami warga muslim di sana.
Geliat Muslim
Pasca serangan 11
september 2001 lalu, terjadi titik balik yang membuat nama Islam semakin moncer
di Amerika. Reaksi keras yang muncul pada waktu itu membuat Islam
diperbincangkan dimana-mana. Hal ini menimbulkan keingintahuan masyarakat luas
tentang ajaran yang dibawa Baginda Nabi Muhamad SAW ini, sehingga banyak yang
mempelajari Islam dan pada akhirnya setiap pekan banyak warga Amerika yang
mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Islamic Center New York.
Melihat peristiwa tersebut, akhirnya
dapat kita petik sebuah hikmah. Bahwa kebenaran akan selalu menang dan
dimenangkan, ini tidak hanya dalam cerita sinetron-sinetron saja. Islam yang
ditampilkan sebegitu buruknya oleh “oknum” yang mengaku jihad fi sabilillah,
akhirnya ketahuan bahwa Islam yang sebenarnya memang rahmatan lil alamin
cinta kasih untuk semesta alam.
[1]http://internasional.kompas.com/read/2015/12/08/10100041/Donald.Trump.Larang.Semua.Orang.Muslim.Masuk.AS
[2]
Lihat QS al-Baqarah
[2]: 216. Islam
adalah agama yang cinta damai. Karena itu, Islam sejatinya tidak suka perang.
Perang hanyalah pintu darurat (emergency exit) yang tidak dikehendaki atau
keterpaksaan.
[3]
Machasin, 2011, Islam Dinamis Islam Historis: Lokalitas, Pluralisme, Terorisme, LKiS Yogyakarta, hlm 3
[4] Sri Wiyanti,
Kisah Pesatnya Penyebaran Islam di Eropa dan Amerika, Merdeka.com, Kamis 2
April 2015
[5] Jane I Smith, Islam
di Amerika, diterjemahkan oleh Siti Zuraida, Yayasan Obor , Jakarta, Hlm.
85
No comments:
Write comments