Siapa
yang hari ini tidak mengenal Assiry, panggilan akrab Muhammad Assiry Jasiri, founding
father sekaligus pimpinan Pesantren Kaligrafi Al Qur’an PSKQ Kudus Jawa
Tengah. Dia adalah wong ndeso yang prestasi dan rejekinya mendunia, sang
maestro kaligrafi dengan sejuta prestasi. Assiry merupakan putra ke 6 dari 9
saudara dari pasangan Sudiro Yasir dan Kadarsih warga desa Undaan Lor Kecamatan
Undaan Kab. Kudus.
Bakat
dari kecil
Di usia
5 tahun Assiry kecil tidak jauh berbeda dari anak-anak seusianya yang suka
bermain dan bersenda gurau, tapi ada yang unik bahkan nyleneh dengan
kebanyakan anak-anak lainya. Ia hobi corat-coret di kertas, papan tulis bahkan
sampai dinding rumah tetangganya tak luput dari sasaran tangan kreatifnya.
Sampai-sampai ia pernah dijewer oleh tetangganya. Hobinya melukis tidak sia-sia.
Sejak taman kanak-kanak Assiry kecil kerap meraih juara lomba melukis kategori
anak-anak tingkat kecamatan.
Namun
sayang, hobinya yang terfokus pada bidang seni membuat ia tidak menyenangi
pelajaran berhitung dan angka-angka layaknya matematika dan fisika, ia hanya
menyenangi mata pelajaran sejarah dan mengarang. Perkenalanya dengan dunia
kaligrafi dimulai sejak ia masuk Madrasah Diniyah Ibtidaiyah di bawah asuhan
dan bimbingan Kyai Abdul Hafidz.
Bakat
seninya semakin terasah ketika ia masuk Madrasah Aliyah Negeri, disana Asiry
muda mendapat gemblengan dari jawara-jawara kaligrafi seperti Ustadz H. Nur
Syukron (peraih juara 1 kaligrafi nasional tahun 1994 di Riau). Disamping
belajar di sekolah Assiry belajar kaligrafi pada Ustadz H. Nur Aufa Siddiq,
berkat bimbingan kedua seniman kaligrafi tersebut, Assiry lebih banyak mengenal
kaidah kaligrafi murni.
Prestasi
Pengantar Kesuksesan
Pada
tahun 1999 Assiry berhasil menorehkan tinta emas, terbukti dengan raihan juara
1 kaligrafi cabang Naskah tingkat Jawa Tengah dan secara otomatis ia mewakili
Jawa Tengah pada MTQ Nasional di Palu Sulawesi Tengah meskipun hanya meraih
juara harapan. Assiry tidak mengenal putus asa, keinginanya untuk total dan
profesional dalam berkesenian mengantarkan pria ndeso ini hijrah ke
Jakarta untuk belajar dan mendalami Ilmu Seni Rupa dan belajar melukis kepada
kakaknya, Rosidi pendiri WADAH ART serta melanjutkan pengembaraan ilmunya pada
tahun 2000 di Pesantren Kaligrafi Al Qur’an LEMKA, Sukabumi Jawa Barat di bawah
bimbingan dan asuhan KH. Drs. Didin Sirojuddin AR selama satu tahun. Setelah
melanglang buana ke berbagai tempat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk
nyantri di Pesantren An-Nidzom, Panjalu di bawah asuhan KH. Muhtar, karena
keinginanya untuk mendalami kaligrafi secara total, Assiry akhirnya memutuskan
untuk kembali belajar di LEMKA hingga tahun 2003.
Pada
tahun 2002 pria kelahiran Kudus 06 Agustus 1978 ini kembali menuai buah kerja
keras dan ketekunanya, sejak juara kaligrafi cabang naskah di Banten yang
mengantarkanya ke Tanah Suci Makkah hingga menyabet juara 1 kaligrafi se Asia
Tenggara yang di helat di Brunei Darussalam. Karirnya melesat sukses, puluhan
gelar juara kaligrafi tingkat kabupaten maupun provinsi berhasil ia rengkuh
dengan gemilang. Hingga klimaksnya pada tahun 2003 ia berhasil merengkuh gelar
juara kaligrafi naskah di DKI Jakarta, dan juara 1 MTQ Nasional di Palangkaraya
Kalimantan Tengah.
Sosok
yang Haus dan cinta Ilmu
Assiry
adalah pribadi yang haus akan khazanah keilmuan, bagaimana tidak setelah menuai
prestasi yang tidak henti-henti ia tidak cepat puas diri, kembali ia
mengembarakan diri mendalami Tilawah (seni baca Al Qur’an) di bawah asuhan
Ustadz Adli Asari Nasution, di warung Nangka Bogor. Selain terus giat belajar,
Assiry juga mendirikan galeri seni lukis ANUGERAH ART di daerah Caringan Bogor
bersama kader-kader binaanya. Disamping mendirikan galeri seni Assiry bersama
teman-temanya sempat memproklamirkan KUASS atau Komunitas Seniman Kudus dan
berhasil mengkader lebih dari 1500 kaligrafer dan seniman, kegiatanya meliputi
pementasan drama kolosal hingga lomba tilawah dan kaligrafi. Disamping itu ia
juga menambah pengetahuan dunia pendidikan dengan melanjutkan study di
STAIN Kudus dengan mengambil jurusan tarbiyah 2007-2012.
Mendirikan
pesantren seni
Pemuda
asli desa Undaan lor ini termasuk sosok yang all aout, total dalam
berkarya dan menekuni suatu bidang keilmuan. Di tahun 2006 ia kembali menyabet
juara 1 di tingkat Asia Tenggara di Brunei Darussalam pada tiga cabang berbeda
sekaligus yaitu khoth Tsulust, Diwani dan Riqah. Sepulangnya dari Brunei di
tengah iming-iming hadiah dan tawaran menjadi PNS, muncul niatnya untuk
mendirikan wadah atau pesantren yang berkonsentrasi pada bidang seni rupa dan
kaligrafi. Ide ini muncul atas keprihatinanya terhadap perkembangan kaligrafi
dan seni rupa di Jawa Tengah yang cenderung stagnan, disamping itu tidak adanya
perhatian dari pemerintah khususnya LPTQ Jawa Tengah. Hingga akhirnya tepat di
hari Rabu Wage tanggal 17 Januari 2007, Assiry memperkenalkan lahirnya
Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al Qur’an (PSKQ). Sebuah lembaga pendidikan
pertama di Indonesia. Selain bergerak dalam bidang kaligrafi, para santrinya
pun diajarkan berbagai disiplin ilmu sepertin seni murni, kreasi patung 3
dimensi hingga seni lukis teknik semprot airbrush.
Di
tengah bergelimangnya prestasi yang ia dapatkan, Assiry memang sosok yang tidak
cepat puas. Terbukti ia masih mempunyai cita-cita luhur dan mendamba mendirikan
sebuah Universitas Seni Islam dan Kaligrafi pertama di Indonesia. Semoga !
No comments:
Write comments