Saturday, April 23, 2016

Wajah Isam (Kini) di Negeri Paman Sam

Warga dunia sempat digegerkan dengan sebuah statemen rasis. Dalam kampanyenya, Bakal calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, Senin (7/12/2015) waktu setempat, ia menyerukan pencegahan semua orang Muslim memasuki Amerika Serikat.[1]
Seakan Trump menaruh sikap kebencian yang amat dalam terhadap Islam, Hal ini dilatarbelakangi berbagai peristiwa yang membuat warga Amerika Serikat memberi stigma negatif terhadap muslim. Salah satunya adalah peristiwa serangan 11 September 2001, oleh kelompok militan Islam Al Qaeda pimpinan Osama Bin laden yang mengakibatkan runtuhnya Gedung World Trade Center di New York yang menjadi pusat ekonomi-bisnis dunia. Tragedi ini mengakibatkan trauma berkepanjangan terhadap umat Islam. Ini tentu saja bertolak belakang dengan ajaran Islam yang penuh cinta kasih.[2]
Maraknya peristiwa terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan Islam tidak pelak menggelitik banyak orang untuk mempertanyakan kembali adagium Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin kasih sayang terhadap alam semesta. Agama Islam yang seharusnya menjadi penyemai perdamaian bagi umat manusia di muka bumi ternyata ditampilkan dengan wajah keras dan garang, bukan saja bagi non-Muslim tapi juga bagi sesama Muslim, melalui bahasa-bahasa jihad, kafir, bid’ah, sesat, dan lain sebagainya.[3] Namun kali ini saya tidak akan membahas mengenai bid’ah-bid’ah tersebut, melainkan melihat wajah Islam yang ditampilkan di benua putih Amerika Serikat.
Jika banyak Muslim bertanya-tanya apa gerangan yang salah dengan agama ini, lebih-lebih lagi Islam menuai citra negatif di kalangan non-Muslim, terutama mereka di dunia Barat yang banyak mengenal Islam dari pemberitaan media yang tidak sepenuhnya obyektif dan kadang ada media yang sengaja membesar-besarkan pemberitaan jikalau (dalam bahasa kasaranya) Islam yang terpojok sebagai tersangka.

Islam di Amerika
Amerika serikat menjadi salah satu negara non muslim yang berpenduduk muslim cukup besar, negara yang berada di benua amerika bagian utara ini berpenduduk muslim sebanyak  2,5 juta jiwa. Selain Rusia sebanyak 25 juta jiwa, Jerman sebanyak 4,5 juta, Prancis sebanyak 3,5 juta jiwa, Inggris sekitar 2 juta orang, dan Italia sebanyak 1,3 juta jiwa. Dan beberapa negara lainya, di negara ini juga bermunculan pusat-pusat pendidikan dan keagamaan Islam seperti Islamic Society of North America (ISNA) di kota New York sebagai organisasi Islam terbesar di Negara super power tersebut. Menurut penelitian dari Pew Research Center, dalam kurun beberapa waktu saja, muslim Amerika telah berkembang begitu pesat.[4]
Kota penting yang menjadi pusat berkembangnya Islam di Bumi Amerika adalah New York, selain menjadi pusat ISNA, berdiri juga Islamic Cultural Center of New York (Pusat Budaya Islam New York)  di sini banyak pula berdiri sekolah Islam, toko serta usaha milik umat Islam.[5]
Sekitar 99 persen muslim di Amerika adalah kaum intelektual bergelar sarjana, master hingga doktor, bahkan Muslim di sana sekarang sudah ikut memainkan peran politis dengan tampilnya dua senator di parlemen Negeri Suku Indian ini. Kini muslim di Amerika telah menunjukan geliat yang baik pasca serangkaian teror yang diawali serangan 11 september lalu. Awal-awal pasca serangan tersebut, penduduk muslim mendapat stereotip atau stigma negatif dari masyarakat non-muslim. Tak jarang perlakuan diskriminatif pun banyak dialami warga muslim di sana. 
Geliat Muslim
Pasca serangan 11 september 2001 lalu, terjadi titik balik yang membuat nama Islam semakin moncer di Amerika. Reaksi keras yang muncul pada waktu itu membuat Islam diperbincangkan dimana-mana. Hal ini menimbulkan keingintahuan masyarakat luas tentang ajaran yang dibawa Baginda Nabi Muhamad SAW ini, sehingga banyak yang mempelajari Islam dan pada akhirnya setiap pekan banyak warga Amerika yang mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Islamic Center New York.
Melihat peristiwa tersebut, akhirnya dapat kita petik sebuah hikmah. Bahwa kebenaran akan selalu menang dan dimenangkan, ini tidak hanya dalam cerita sinetron-sinetron saja. Islam yang ditampilkan sebegitu buruknya oleh “oknum” yang mengaku jihad fi sabilillah, akhirnya ketahuan bahwa Islam yang sebenarnya memang rahmatan lil alamin cinta kasih untuk semesta alam.



[1]http://internasional.kompas.com/read/2015/12/08/10100041/Donald.Trump.Larang.Semua.Orang.Muslim.Masuk.AS
[2] Lihat QS al-Baqarah [2]: 216. Islam adalah agama yang cinta damai. Karena itu, Islam sejatinya tidak suka perang. Perang hanyalah pintu darurat (emergency exit) yang tidak dikehendaki atau keterpaksaan.
[3] Machasin, 2011, Islam Dinamis Islam Historis: Lokalitas, Pluralisme, Terorisme, LKiS Yogyakarta, hlm 3

[4] Sri Wiyanti, Kisah Pesatnya Penyebaran Islam di Eropa dan Amerika, Merdeka.com, Kamis 2 April 2015
[5] Jane I Smith, Islam di Amerika, diterjemahkan oleh Siti Zuraida, Yayasan Obor , Jakarta, Hlm. 85

No comments:
Write comments